BedOccupation Rate (BOR) di RS. prosentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. rumus di rs: jumlah hari perawatan di rs/jumlah Ttxjumlah hari dalam satu periode x 100% sedangkan untuk prov/kabkota rata2 per wilayah.
Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus harian rawat inap BOR Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur BOR menurut Huffman 1994 adalah “the ratio of patient service days to inpatient bed count days in a period under consideration”. Sedangkan menurut Depkes RI 2005, BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% Depkes RI, 2005. Rumus BOR = Jumlah hari perawatan rumah sakit / Jumlah tempat tidur X Jumlah hari dalam satu periode X 100% AVLOS Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat AVLOS menurut Huffman 1994 adalah “The average hospitalization stay of inpatient discharged during the period under consideration”. AVLOS menurut Depkes RI 2005 adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari Depkes, 2005. Rumus AVLOS = Jumlah lama dirawat / Jumlah pasien keluar hidup + mati TOI Turn Over Interval = Tenggang perputaran TOI menurut Depkes RI 2005 adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari. Rumus TOI = Jumlah tempat tidur X Periode – Hari perawatan / Jumlah pasien keluar hidup +mati BTO Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur BTO menurut Huffman 1994 adalah “…the net effect of changed in occupancy rate and length of stay”. BTO menurut Depkes RI 2005 adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 BTO = Jumlah pasien keluar hidup + mati / Jumlah tempat tidur NDR Net Death Rate NDR menurut Depkes RI 2005 adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit. Rumus NDR = Jumlah pasien mati > 48 jam / Jumlah pasien keluar hidup + mati X 1000 ‰ 6. GDR Gross Death Rate GDR menurut Depkes RI 2005 adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar. Rumus GDR = Jumlah pasien mati seluruhnya / Jumlah pasien keluar hidup + mati X 1000 ‰
Pengertiandan Rumus Bed Occupancy Rate di Rumah Sakit. Bed Occupancy Rate ~ Dalam rangka melindungi penyelenggaraan rumah sakit, tenaga kesehatan dan melindungi pasien maka rumah sakit perlu mempunyai peraturan internal rumah sakit yang bias disebut hospital by laws. Peraturan tersebut meliputi aturan-aturan berkaitan dengan pelayanan
Di sebuah rumah sakit dimungkin terjadinya penambahan ataupun pengurangan jumlah tempat tidur. Dengan adanya penambahan ataupun pengurangan ini maka akan mempengaruhi perhitungan BOR Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur, terutama jika perubahan jumlah tempat tidur dalam sebuah periode perhitungan BOR. BOR Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur BOR adalah the ratio of patient service days to inpatient bed count days in a period under consideration Huffman. 1994. BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu Depkes RI. 2005, Kementerian Kesehatan 2011. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% Depkes RI. 2005, Kementerian Kesehatan 2011. Rumus BOR = Jumlah hari perawatan rumah sakit / Jumlah tempat tidur x Jumlah hari dalam satu periode X 100% Jika terjadi perubahan penambahan ataupun pengurangan jumlah tempat tidur dalam periode perhitungan BOR, maka BOR dapat dihitung dengan cara berikut ini Kasus Penambahan Tempat Tidur RS ABC memiliki tempat tidur 100. Pada tanggal 25 Januari 2016 terjadi penambahan 20 TT. Jumlah total hari perawatan hingga akhir periode Januari 2016 = 2500. Maka untuk menghitung BOR periode Januari 2016 yaitu / 100x24+120x7 x 100% = 77,16 % Rumus BOR Penambahan Tempat Tidur = Jumlah hari perawatan /Jumlah TT periode sebelum penambahan x jumlah hari periode sebelum penambahan+Jumlah TT setelah penambahan x Jumlah hari periode setelah penambahan x 100 % Kasus Pengurangan Tempat Tidur RS ABC memiliki tempat tidur 100. Pada tanggal 25 Januari 2016 terjadi pengurangan 5 TT. Jumlah total hari perawatan hingga akhir periode Januari 2016 = 2500. Maka untuk menghitung BOR periode Januari 2016 yaitu / 100x24+95x7 x 100% = 81,57 % Rumus BOR Pengurangan Tempat Tidur = Jumlah hari perawatan /Jumlah TT periode sebelum pengurangan x jumlah hari periode sebelum pengurangan +Jumlah TT setelah pengurangan x Jumlah hari periode setelah pengurangan x 100 % Arti Indikator BOR Arti indikator BOR ini adalah semakin tinggi nilai BOR berarti semakin tinggi penggunaan tempat tidur di pelayanan kesehatan yang digunakan untuk perawatan pasien. Semakin banyak pasien yang menggunakan tempat tidur berarti pula semakin besar beban kerja petugas di fasilitas pelayanan kesehatan tersebut. Nilai indikator BOR yang rendah berarti semakin sedikit tempat tidur yang digunakan untuk merawat pasien dibandingkan dengan tempat tidur yang tersedia. Jumlah pasien yang sedikit menimbulkan masalah pendapatan ekonomi bagi pihak fasilitas pelayanan kesehatan. Pasien sedikit ini juga akan menimbulkan pertanyaan bagaimana pelayanan di fasilitas kesehatan tersebut. Dengan melihat indikator BOR ini maka perlu adanya suatu sistem yang ideal untuk menyeimbangkan kualitas pelayanan medis, kepuasan pasien, keselamatan pasien, kesejahteraan petugas sehingga akan berpegaruh terhadap pendapatan bagi pihak fasiitas pelayanan kesehatan. Baca juga Perbedaan Lama Dirawat dengan Hari Perawatan dalam Perhitungan Indikator Pelayanan Rumah Sakit Referensi MetodaLokakarya PPNI. FORMULA LOKAKARYA PENYUSUNAN PEDOMAN PELAYANAN KEPERAWATAN DI RS (PPNI ' 83) TP = A x 52 (Mg) x 7 hr (TT x BOR) 41 (Mg) x 40 Jam / Mg TP = Tenaga perawat A = Jumlah jam perawatan / 24 jam 41 Mg = 365 - 52 (Hr Ming. ) - 12 hr libur - 12 hr cuti = 289 / 7 Produktivitas Perawat = 75% TP x 125 %.
Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus harian rawat inap 1. BOR Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur BOR menurut Huffman 1994 adalah “the ratio of patient service days to inpatient bed count days in a period under consideration”. Sedangkan menurut Depkes RI 2005, BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% Depkes RI, 2005. Rumus jumlah hari perawatan di rumah sakit × 100%jlh tempat tidur × jlh hari dalam satu periode 2. ALOS Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat ALOS menurut Huffman 1994 adalah “The average hospitalization stay of inpatient discharged during the period under consideration”. ALOS menurut Depkes RI 2005 adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari Depkes, 2005. Rumus jumlah lama dirawat jlh pasien keluar hidup + mati 3. TOI Turn Over Interval = Tenggang perputaran TOI menurut Depkes RI 2005 adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari. Rumus jumlah tempat tidur × Periode − Hari Perawatan jlh pasien keluar hidup + mati 4. BTO Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur BTO menurut Huffman 1994 adalah “…the net effect of changed in occupancy rate and length of stay”. BTO menurut Depkes RI 2005 adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali. Rumus Jumlah pasien dirawat hidup + mati jumlah tempat tidur 5. NDR Net Death Rate NDR menurut Depkes RI 2005 adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit. Rumus Jumlah pasien mati > 48 jam × 100%jumlah pasien keluar hidup + mati 6. GDR Gross Death Rate GDR menurut Depkes RI 2005 adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar. Rumus Jumlah pasien mati seluruhnya × 100%jumlah pasien keluar hidup + mati MENGHITUNG TENAGA PERAWAT A. Cara rasio Metoda ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagai denominator personal yang ini paling sering digunakan karena sederhana dan ini hanya mengetahui jumlah personal secara total tetapi tidak bisa mengetahui produktivitas SDM rumah sakit,da kapan personal tersebut dibutuhkan oleh setiap unit atau bagian rumah sakit yang digunakan bila kemampuan dan sumber daya untuk prencanaan personal terbatas,jenis,tipe, dan volume pelayanan kesehatan relatif rasio yang umumnya digunakan adalah berdasarkan surat keputusan menkes Nomor 262 tahun 1979 tentang ketenagaan rumah sakit,dengan standar sebagai berikut Tipe RS TM/TT TPP/TT TPNP/TT TNM/TT A & B 1/4-7 3-4/2 1/3 1/1 C 1/9 1/1 1/5 ¾ D 1/15 1/2 1/6 2/3 Khusus Disesuiakan Keterangan TM = Tenaga Medis TT = Tempat Tidur TPP = Tenaga Para Medis Perawatan TPNP = tenaga para medis non perawatan TNP = tenaga non medis Cara perhitungan ini masih ada yang menggunakan, namun banyak rumah sakit yang lambat laun meninggalkan cara ini karena adanya beberapa alternatif perhitungan yang lain yang lebih sesuai dengan kondisi rumah sakit dan profesional. B. Cara Demand Cara demand adalah perhitungan jumlah tenaga mennurut kegiatan yang memang nyata dilakukan oleh perawat. Menurut Tutuko 1992 setiap klien yang masuk ruang gawat darurat dibutuhkan waktu sebagai berikut untuk kasus gawat darurat 86,31 menituntuk kasus mendesak 71,28 menituntuk kasus tidak mendesak 33,09 menit Hasil penelitian di rumah sakit di Filipina, menghasilkan data sebagai berikut NoJenis pelayananRata – rata jam perawatan / hari1Non bedah 3,4 2Bedah 3,4 3Campuran bedah dan non bedah 3,5 4Pos partum 3,0 5Bayi baru lahir 2,5 Konversi kebutuhan tenaga adalah seperti pada perhitungan cara Need. C. Cara Gillies Gillies 1989 mengemukakan rumus kebutuhan teanaga keperawatan di satuy unit perawatan adalagh sebagai berikut Keterangan A = rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari B = rata-rata jumlah pasien /hari C= Jumlah hari/tahun D = Jumlah hari libur masing-masing perawat E = jumlah jam kerja masing-masing perawat F = Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per tahun G = Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun H = Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut Prinsip perhitungan rumus Gillies Dalam memberikan pelayanan keperawatan ada tiga jenis bentuk pelayanan, yaitu a Perawatan langsung, adalah perawatan yang diberikan oleh perawat yang ada hubungan secara khusus dengan kebutuhan fisik, psikologis, dan spiritual. Berdasarkan tingkat ketergantungan pasien padfa perawat maka dapat diklasifikasikan dalam empat kelompok, yaitu self care, partial care, total care dan intensive care. Menurut Minetti Huchinson 1994 kebutuhan keperawatan langsung setiap pasien adalah empat jam perhari sedangkan untuk self care dibutuhkan ½ x 4 jam 2 jampartial care dibutuhkan ¾ x 4 jam 3 jamTotal care dibutuhkan 1- 1½ x 4 jam 4-6 jamIntensive care dibutuhkan 2 x 4 jam 8 jam b Perawatan tak langsung, meliputi kegiatan-kegiatan membuat rencana perawatan, memasang/ menyiapkan alat, ,konsultasi dengan anggota tim, menulis dan membaca catatan kesehatan, melaporkan kondisi pasien. Dari hasil penelitian RS Graha Detroit Gillies, 1989, h 245 = 38 menit/ klien/ hari, sedangkan menurut Wolfe & Young Gillies, 1989, h. 245 = 60 menit/ klien/ hari dan penelitian di Rumah Sakit John Hpokins dibutuhkan 60 menit/ pasien Gillies, 1994 c Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada klien meliputi aktifitas, pengobatan serta tindak lanjut pengobatan. Menurut Mayer dalam Gillies 1994, waktu yang dibutuhkan untuk pendidikan kesehatan ialah 15 menit/ klien/ hari. v Rata-rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatau unit berdsasarkan rata-ratanya atau menurut “ Bed Occupancy Rate” BOR dengan rumus o Jumlah hari perawatan rumah sakit dalam waktu tertentu x 100% Jumlah tempat tertentu x 365Jumlah hari pertahun, yaitu 365 hariHari libur masing-masing perawat pertahun, yaitu 128 hari, hari minggu= 52 hari dan hari sabtu = 52 hari. Untuk hari sabtu tergantung kebijakan RS setempat, kalau ini merupakan hari libur maka harus diperhitungkan, begitu juga sebaliknya, hari libur nasional = 12 hari dan cuti tahunan = 12 jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu kalau hari kerja efektif 5 hari maka 40/5 = 8 jam, kalu hari kerja efektif 6 hari per minggu maka 40/6 jam = 6,6 jam perhariJumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan di satu unit harus ditambah 20% untuk antisiapasi kekurangan/ cadangan D. Metoda Formulasi Nina Nina 1990 menggunakan lima tahapan dalam menghitung kebutuhan tenaga. Contoh pengitungannya Hasil observasi terhadap RS A yang berkapasitas 300 tempat tidur, didapatrkan jumlah rata-rata klien yang dirawat BOR 60 %, sedangkan rata-rata jam perawatan adaalah 4 jam perhari. Berdasarkan situasi tersebut maka dapat dihitung jumlah kebutuhan tenaga perawat di ruang tersebut adalah sbb Tahap I Dihitung A = jumlah jam perawatan klien dalam 24 jam per klien. Dari contoh diatas A= 4 jam/ hari Tahap II Dihitung B= jumlah rata-erata jam perawatan untuk sekuruh klien dalam satu hari. B = A x tempat tidur = 4 x 300 = 1200 Tahap III Dihitung C= jumlah jam perawatan seluruh klien selama setahun. C= B x 365 hari = 1200 x 365 = 438000 jam Tahap IV Dihitung D = jumlah perkiraan realistis jam perawatan yang dibutuhkan selama setahun. D= C x BOR / 80 = 438000 x 180/ 80 = 985500 Nilai 180 adalah BOR total dari 300 klien, dimana 60% x 300 = 180. Sedangkan 80 adalah nilai tetap untuk perkiraan realistis jam perawatan. Tahap V Didapat E= jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan. E= 985500/ 1878 = 524,76 525 orang Angka 1878 didapat dari hari efektif pertahun 365 – 52 hari minggu = 313 hari dan dikalikan dengan jam kerja efektif perhari 6 jam E. Metoda hasil Lokakarya Keperawatan Menurut hasil lokakarya keperawatan Depkes RI 1989, rumusan yang dapat digunakan untuk perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan adalah sebagai berikut Prinsip perhitungan rumus ini adalah sama dengan rumus dari Gillies 1989 diatas, tetapi ada penambahan pada rumus ini yaitu 25% untuk penyesuaian sedangkan angka 7 pada rumus tersebut adalah jumlah hari selama satu minggu. REFERENSI Soejadi, DR, DHHSA, 1996, Efisiensi Pengelolaan Rumah Sakit, Katiga Bina Jakarta. Wuryanto, Sis, Amd Perkes, SKM, tanpa tahun, Grafik Barber Johnson, Pormiki Yogyakarta Sumber
efisiensipelayanan rumah sakit yaitu: a) BOR (Bed Occupancy Rate) Yaitu prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Menurut Sudra, I (2010) periode perhitungan BOR ditentukan Jadi rumus untuk menghitung BOR yaitu: x 100% = x 100% Keterangan: O = rata-rata tempat tidur terpakai A = rata-rata tempat tidur tersedia
Salah satu bagian dari statistik rumah sakit adalah indikator pelayanan rawat inap rumah sakit. Indikator ini merupakan gambaran untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rawat inap di rumah sakit. Indikator-indikator pelayanan rawat inap ini sumber data diambil dari sensus harian rawat inap. Berikut ini rumus indikator pelayanan rawat inap di rumah sakit BOR Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur BOR adalah the ratio of patient service days to inpatient bed count days in a period under consideration Huffman. 1994. BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu Depkes RI. 2005, Kementerian Kesehatan 2011. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% Depkes RI. 2005, Kementerian Kesehatan 2011. Rumus BOR = Jumlah hari perawatan rumah sakit / Jumlah tempat tidur x Jumlah hari dalam satu periode X 100% AVLOS Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat AVLOS adalah the average hospitalization stay of inpatient discharged during the period under consideration. Huffman. 1994. AVLOS adalah rata-rata lama rawat seorang pasien Depkes RI. 2005, Kementerian Kesehatan 2011. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari Depkes RI. 2005, Kementerian Kesehatan 2011. Rumus AVLOS = Jumlah lama dirawat / Jumlah pasien keluar hidup + mati TOI Turn Over Interval = Tenggang perputaran tempat tidur TOI adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya Depkes RI. 2005, Kementerian Kesehatan 2011. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari Depkes RI. 2005, Kementerian Kesehatan 2011. . Rumus TOI = Jumlah tempat tidur X Periode – Hari perawatan / Jumlah pasien keluar hidup + mati BTO Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur BTO adalah the net effect of changed in occupancy rate and length of stay Huffman. 1994. BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu Depkes RI. 2005, Kementerian Kesehatan 2011. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali Depkes RI. 2005, Kementerian Kesehatan 2011. . Rumus BTO = Jumlah pasien keluar hidup + mati / Jumlah tempat tidur NDR Net Death Rate NDR adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar Depkes RI. 2005, Kementerian Kesehatan 2011. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit. Nilai NDR yang dianggap masih dapat ditolerir adalah kurang dari 25 per 1000 Kementerian Kesehatan 2011. Rumus NDR = Jumlah pasien mati > 48 jam / Jumlah pasien keluar hidup + mati X 1000 permil GDR Gross Death Rate GDR adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar Depkes RI. 2005, Kementerian Kesehatan 2011. Nilai GDR seyogyanya tidak lebih dari 45 per 1000 penderita keluar Kementerian Kesehatan 2011. Rumus GDR = Jumlah pasien mati seluruhnya / Jumlah pasien keluar hidup + mati X 1000 permil Referensi Health Information Management. Huffman, Edna K. Illinois Psycians Record Company. 1994. Buku Petunjuk Pengisian, Pengolahan, dan Penyajian Data Rumah Sakit. Depkes Jakarta Depkes RI. 2005. Buku Petunjuk Pengisian Pengolahan Data Sistem Informasi Pelaporan Rumah Sakit Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia NOMOR 1171/MENKES/PER/VI/2011 Tentang Sistem Informasi Rumah Sakit tertanggal 15 Juni 2011 Baca juga

BORantara rumah sakit yang berbeda tidak bisa dibandingkan oleh karena adanya perbedaan fasilitasrumah sakit, tindakan medik, perbedaan teknologi intervensi.Semua per bedaan tadi disebut sebagai "case mix". Turn over internal (TOI), waktu rata-rata suatu tempat tidur kosong atau waktu antarasatu tempat tidur ditinggalkan oleh pasien sampai

Beberapa Batasan Dalam Penghitungan BORUmumnya, hal-hal yang berkaitan dengan bayi baru lahir perinatal akan dicatat; dihitung; dan dilaporkan secara terpisah. Jadi, jumlah TT dalam rumus BOR tidak termasuk TT bayi baru lahir bassinet dan jumlah hari perawatan HP dalam rumus BOR juga tidak termasuk HP bayi baru menggunakan data dari lembar laporan RL-1, maka jumlah HP diambil dibaris SUB TOTAL yaitu baris sebelum ditambah perinatologi, bukan baris penghitungan BOR ditentukan berdasarkan kebijakan internal RS, bisa bulanan, tribulan, semester, atau bahkan penghitungan BOR juga ditentukan berdasarkan kebijakan internal RS, misalnya BOR per bangsal atau BOR untuk lingkup rumah sakit seluruh bangsal.Rumus BORBOR dihitung dengan cara membandingkan jumlah TT yang terpakai O dengan jumlah TT yang tersedia A. Perbandingan ini ditunjukkan dalam bentuk persentase %.Jadi, rumus dasar untuk menghitung BOR yaitu BOR = O/A x 100%rerata jumlah TT terpakai dalam suatu periode O sama dengan jumlah HP dalam periode tersebut dibagi dengan jumlah hari dalam periode yang bersangkutan t, atau O = jumlah HP / tmaka, misalnya BOR untuk bulan Januari 2014 dapat dihitung BOR = jumlah HP Januari / A x t x 100%Misalnya dalam bulan Januari 2014 tersedia 10 TT dan tercatat total HP periode Januari 2014 = maka BOR periode Januari 2014 = / 10×31 x 100%= 75,6 %BOR Dengan Perubahan Jumlah TTJika terjadi perubahan jumlah TT dalam periode yang akan dihitung BOR-nya, maka BOR dapat dihitung dengan cara seperti contoh berikut ini misalnya, memiliki TT tersedia 50. Pada tanggal 25 Januari 2014 terjadi penambahan 5 TT. Jumlah total HP hingga akhir periode Januari 2014 = 1250. Maka untuk menghitung BOR periode Januari 2014 yaitu / 50×24+55×7 x 100% = 78,9 %BOR Untuk PerinatologiCara menghitung BOR kelompok bayi baru lahir perinatologi pada prinsipnya sama dengan rumus BOR diatas, hanya saja yang digunakan adalah angka perinatologi. Jadi, jumlah TT yang tersedia adalah jumlah TT perinatologi bassinet dan jumlah HP adalah HP dari kelompok Ideal BORSemakin tinggi nilai BOR berarti semakin tinggi pula penggunaan TT yang ada untuk perawatan pasien. Namun perlu diperhatikan bahwa semakin banyak pasien yang dilayani berarti semakin sibuk dan semakin berat pula beban kerja petugas di unit tersebut. Akibatnya, pasien bisa kurang mendapat perhatian yang dibutuhkan kepuasan pasien menurun dan kemungkinan infeksi nosokomial juga meningkat. Disisi lain, semakin rendah BOR berarti semakin sedikit TT yang digunakan untuk merawat pasien dibandingkan dengan TT yang telah disediakan. Jumlah pasien yang sedikit ini bisa menimbulkan kesulitan pendapatan ekonomi bagi pihak memperhatikan hal-hal tersebut diatas maka perlu adanya suatu nilai ideal yang menyeimbangkan kualitas medis, kepuasan pasien, keselamatan pasien, dan aspek pendapatan ekonomi bagi pihak ideal untuk BOR yang disarankan adalah 75% – 85%. Angka ini sebenarnya tidak bisa langsung digunakan begitu saja untuk semua jenis RS. RS penyakit khusus tentu beda polanya dengan RSU. Begitu pula RS disuatu daerah tentu beda penilaian tingkat “kesuksesan” BOR-nya dengan daerah lain. Hal ini bisa dimungkinkan karena perbedaan sosial budaya dan ekonomi setempat.
BOR(Bed Occupancy Ratio) = P (75-85%) 4. BTO (Bed Turn Over) atau Throughput = B (>30x) Perbandingan antar rumah sakit perbandingan tingkat efisiensi penggunaan TT antar unit 4. Meneliti akibat perubahan kebijaksanaan 5. RUMUS GBJ VS UMUM
Uploaded byTeye Onti 0% found this document useful 0 votes178 views2 pagesCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document0% found this document useful 0 votes178 views2 pagesRumus Menentukan Bor Rumah SakitUploaded byTeye Onti Full descriptionJump to Page You are on page 1of 2Search inside document You're Reading a Free Preview Page 2 is not shown in this preview. Buy the Full Version Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Indikatorini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005). Rumus : BOR = (Jumlah hari perawatan rumah sakit / (Jumlah tempat tidur X Jumlah hari dalam satu periode)) X 100%. 2. AVLOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien
Occupancy Ratio BOR dalam beberapa pekan ini semakin sering diucapkan. Sekarang muncul kekhawatira karena BOR sejumlah kota di Pulau Jawa naik drastis seiring melonjaknya kasus Covid-19. BOR rumah sakit itu apa? Mungkin sebagian orang belum mengetahui apa itu BOR dan bagaimana cara menghitungnya. Sebelum itu, Anda perlu memahami tentang tempat tidur di fasilitas pelayanan kesehatan yang menjadi bagian dalam rumus BOR. BOR adalah angka keterisian tempat tidur di rumah sakit. Dalam hal kasus covid-19, BOR berarti angkat keterisian tempat tidur untuk pasien Covid-19. Berdasarkan sistem informasi kesehatan yang dilansir dari istilah yang umum digunakan adalah tempat tidur tersedia. Tempat tidur tersedia adalah tempat tidur fasilitas kesehatan yang tersedia untuk rawat inap baik yang terisi maupun kosong pada waktu tertentu. Baca juga Kasus Covid Melonjak, Menteri Agama Yaqut Terbitkan Edaran Pembatasan Kegiatan di Rumah Ibadah Di rumah sakit, tempat tidur tersedia termasuk tempat tidur untuk penggunaan normal baik terisi maupun kosong, dan tidak termasuk adalah tempat tidur di ruang pemeriksaan, unit gawat darurat, terapi fisik, ruang persalinan, dan ruang pemulihan. Tempat tidur bayi atau bassinet dihitung terpisah dengan tempat tidur tersedia Horton, 2017; IFHIMA, 2012. Bed Occupancy Ratio BOR dikenal juga dengan percent occupancy, occupancy percent, percentage of occupancy, occupancy ratio. Di Indonesia dikenal dengan BOR yaitu persentase penggunaan tempat tidur pada waktu tertentu. BOR ideal 60 – 85 % Kemenkes RI BOR dihitung dengan menggunakan rumus Jumlah hari perawatan pada periode tertentu dikali 100. Kemudian dibagi jumlah tempat tidur tersedia dikali jumlah hari pada periode yang sama. BOR di Jakarta di Atas 75 Persen Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito, Selasa 15/6/2021 mengatakan, angka keterisian tempat tidur BOR di rumah sakit rujukan Covid-19 juga terus meningkat dalam sepekan. Wiku mengatakan, secara umum, baik kasus positif maupun BOR RS rujukan Covid-19 di Indonesia tercatat meroket pekan ini.
.
  • 4vmm89zp9d.pages.dev/141
  • 4vmm89zp9d.pages.dev/150
  • 4vmm89zp9d.pages.dev/383
  • 4vmm89zp9d.pages.dev/365
  • 4vmm89zp9d.pages.dev/179
  • 4vmm89zp9d.pages.dev/308
  • 4vmm89zp9d.pages.dev/200
  • 4vmm89zp9d.pages.dev/187
  • 4vmm89zp9d.pages.dev/332
  • rumus bor rumah sakit